Keutamaan Syukur Nikmat dalam Islam
Syukur merupakan salah satu
akhlak mulia yang menempati posisi sangat tinggi dalam ajaran Islam. Allah SWT
memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang
telah diberikan, baik nikmat iman, kesehatan, rezeki, maupun kehidupan secara
keseluruhan. Syukur bukan hanya sekadar ucapan di lisan, tetapi mencakup
pengakuan hati dan penggunaan nikmat untuk tujuan yang diridhai Allah.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin
menjelaskan bahwa syukur terdiri dari tiga unsur:
1.
Ilmu (pengetahuan), yaitu menyadari bahwa nikmat berasal dari Allah.
2.
Hal (keadaan hati), yaitu rasa gembira, ridha, dan tunduk kepada Allah.
3.
Amal (perbuatan), yaitu menggunakan nikmat untuk taat kepada Allah.
Dengan demikian, syukur adalah ibadah hati,
lisan, dan anggota tubuh.
Keutamaan
Bersyukur
1. Allah
Menambah Nikmat
Allah SWT berfirman dalam QS. Ibrahim: 7:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an
al-‘Azhim menjelaskan bahwa tambahan nikmat ini bisa berupa tambahan dalam
kualitas maupun kuantitas, baik di dunia maupun di akhirat.
2.
Bersyukur Meningkatkan Keimanan
Syukur adalah tanda
pengakuan seorang hamba bahwa segala nikmat berasal dari Allah semata. Hal ini
menumbuhkan ketawakkalan dan keyakinan yang lebih kuat.
Imam Ibnul Qayyim dalam Madarij
as-Salikin menyebut syukur sebagai setengah dari iman, sementara
setengahnya lagi adalah sabar. Artinya, seorang mukmin sempurna imannya jika ia
mampu bersyukur ketika mendapat nikmat dan bersabar ketika mendapat ujian.
3.
Mendekatkan Diri kepada Allah
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah ridha kepada seorang
hamba yang apabila makan ia bersyukur, dan apabila minum ia bersyukur."
(HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa aktivitas
sederhana seperti makan dan minum, jika disertai dengan rasa syukur, dapat
menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah.
4.
Menenangkan Hati dan Meningkatkan Kesehatan Mental
Orang yang bersyukur akan
memiliki jiwa yang tenang, karena ia fokus pada nikmat yang Allah berikan,
bukan pada kekurangan. Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa syukur dapat
membersihkan hati dari penyakit tamak, iri, dan dengki.
Studi modern pun mendukung
hal ini. Dr. Robert Emmons, seorang profesor psikologi dari University of
California, dalam bukunya Thanks! How Practicing Gratitude Can Make You
Happier menjelaskan bahwa rasa syukur dapat menurunkan tingkat stres,
meningkatkan optimisme, dan memperbaiki kualitas tidur.
5.
Menumbuhkan Empati dan Hubungan Sosial yang Baik
Orang yang pandai bersyukur akan lebih peka
terhadap penderitaan orang lain. Nabi SAW bersabda:
"Tidaklah bersyukur kepada Allah orang
yang tidak bersyukur kepada manusia."
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Imam Al-Munawi dalam Faidhul Qadir
menjelaskan bahwa hadis ini menegaskan hubungan erat antara syukur kepada Allah
dan penghargaan terhadap sesama manusia.
6.
Menghindarkan dari Penyakit Hati
Syukur menjauhkan seseorang dari iri, dengki,
dan kufur nikmat. Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ al-Fatawa menegaskan bahwa
syukur adalah benteng terkuat yang menyelamatkan hati dari keluh kesah dan
hasad.
7. Meraih
Ridha Allah dan Terhindar dari Azab
Dalam QS. Az-Zumar: 7, Allah berfirman:
"Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah
tidak memerlukanmu, dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-hamba-Nya; dan
jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai syukurmu itu."
Syukur adalah jalan untuk meraih ridha Allah.
Sebaliknya, kufur nikmat adalah jalan menuju kemurkaan dan azab.
Cara
Bersyukur
1.
Bersyukur dengan Hati
Merasakan dengan sepenuh
hati bahwa semua nikmat datang dari Allah, bukan dari kekuatan diri sendiri.
Imam Al-Qurtubi dalam Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an menyebutkan bahwa
hakikat syukur adalah keyakinan dalam hati bahwa nikmat itu dari Allah semata.
2.
Bersyukur dengan Lisan
Mengucapkan kalimat Alhamdulillah
serta memuji Allah atas segala nikmat. Rasulullah SAW bersabda:
"Ucapan yang paling dicintai oleh Allah
adalah Subhanallah, walhamdulillah, wa la ilaha illallah, wallahu akbar."
(HR. Muslim)
3.
Bersyukur dengan Perbuatan
Menggunakan nikmat untuk kebaikan dan
ketaatan. Misalnya, menggunakan rezeki untuk sedekah, ilmu untuk mengajar,
kesehatan untuk beribadah, serta waktu untuk beramal shalih.
Dalil
Al-Qur’an tentang Syukur
1.
QS. Ibrahim: 7 – Tambahan nikmat bagi orang yang bersyukur.
2.
QS. Luqman: 12 – Syukur adalah hikmah yang diberikan Allah kepada Luqman.
3.
QS. An-Nahl: 114 – Syukur diwujudkan dengan memanfaatkan rezeki halal yang Allah
berikan.
4.
QS. Az-Zumar: 7 – Allah ridha kepada hamba yang bersyukur.
Pandangan
Ulama tentang Syukur
1.
Imam Al-Ghazali (Ihya’
Ulumuddin): Syukur adalah bagian dari maqamat
(tingkatan spiritual) yang tinggi, hanya bisa diraih oleh orang-orang yang
memahami hakikat nikmat.
2.
Ibnul Qayyim (Madarij
as-Salikin): Syukur adalah separuh
agama, karena agama dibangun atas syukur dan sabar.
3.
Ibnu Taimiyah (Majmu’
al-Fatawa): Syukur adalah fondasi keberkahan nikmat.
Tanpa syukur, nikmat berubah menjadi istidraj (ujian yang menjerumuskan).
4.
Al-Junaid al-Baghdadi: "Syukur adalah tidak menggunakan nikmat untuk bermaksiat kepada
Allah."
5.
Syekh Abdul Qadir al-Jilani
(Al-Fath ar-Rabbani): Orang yang bersyukur akan
ditinggikan derajatnya oleh Allah dan dilindungi dari kebinasaan.
Syukur adalah kunci
kebahagiaan dunia dan keselamatan akhirat. Dengan bersyukur, nikmat akan
bertambah, hati menjadi tenang, hubungan sosial semakin baik, serta ridha Allah
dapat diraih. Para ulama menegaskan bahwa syukur adalah separuh iman, dan
manusia tidak bisa mencapai derajat tinggi di sisi Allah tanpa bersyukur.
Maka, mari kita jadikan
syukur sebagai gaya hidup: menerima dengan ikhlas, mengucapkan Alhamdulillah,
dan menggunakan nikmat untuk jalan kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar