Hikmah Tersembunyi di Balik Takdir yang Tidak Kita Sukai
Hidup adalah perjalanan
penuh misteri, di mana kita sering dihadapkan pada kenyataan yang jauh dari apa
yang kita harapkan atau inginkan. Kehilangan, kegagalan, dan rasa sakit adalah
bagian tak terpisahkan dari takdir, dan sering kali membuat kita merasa bahwa
semuanya adalah keburukan. Namun, dalam pandangan Islam, tak ada satupun
kejadian yang sia-sia. Semua yang terjadi adalah bagian dari skenario agung
Allah Swt. yang mengandung hikmah mendalam.
Ayat suci Al-Qur'an dalam Surah
Al-Baqarah ayat 216 menjadi pengingat yang kuat bagi kita:
"Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu
menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui."
Ayat ini mengajarkan kepada
kita untuk selalu berprasangka baik kepada Allah (husnuzan billah) dan memahami
bahwa pandangan kita terhadap suatu peristiwa sangatlah terbatas. Pikiran kita
hanya mampu melihat "permukaan" dari suatu kejadian, sementara Allah
Maha Mengetahui hikmah dan akhir dari segalanya.
Ujian Sebagai Karunia Tersembunyi
Sering kali, apa yang kita
anggap sebagai musibah adalah cara Allah untuk membersihkan dosa dan mengangkat
derajat kita. Rasulullah ﷺ bersabda,
“Tidaklah
menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus-menerus, kepayahan, penyakit, dan
juga kesedihan, sampai pun kesusahan yang menyusahkannya, melainkan Allah akan
menghapuskan dengan itu dosa-dosanya.” (HR.
Muslim)
Ini menunjukkan bahwa
setiap kesulitan yang kita alami adalah bentuk kasih sayang Allah. Melalui
ujian, Allah memurnikan jiwa kita, mengajarkan kesabaran, dan memuliakan kita
di sisi-Nya.
Ujian juga berfungsi
sebagai pengingat agar kita tidak larut dalam kesenangan duniawi yang dapat
membuat hati menjadi lalai. Imam Ibnul
Qayyim rahimahullah berkata,
“Kalau
bukan karena cobaan dan ujian dunia, niscaya hamba akan tertimpa penyakit
sombong, ujub, keras hati, dan lalai. Maka cobaan adalah rahmat yang
tersembunyi.”
Kenyamanan yang berlebihan
dapat melenakan kita dari hakikat kehidupan, yaitu beribadah kepada Allah.
Sebaliknya, kesulitan justru sering kali menjadi jalan untuk kita kembali
merendahkan diri dan berserah sepenuhnya kepada-Nya.
Kesenangan yang Menjauhkan
Sebaliknya, apa yang kita
anggap sebagai kebaikan di dunia kekayaan, jabatan, atau popularitas—juga bisa
menjadi ujian yang berat. Allah berfirman dalam Surah At-Taghabun ayat 15:
“Sesungguhnya
hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala
yang besar.”
Nikmat dunia bisa menjadi
jebakan yang menjauhkan kita dari Allah jika tidak diimbangi dengan rasa syukur
dan kesadaran. Betapa banyak orang yang memiliki harta melimpah namun lupa
menunaikan zakat, atau memiliki jabatan tinggi namun menggunakannya untuk
menindas. Kenikmatan semacam ini, meski terlihat menyenangkan, sejatinya dapat membawa
petaka di akhirat.
Oleh karena itu, seorang
Muslim diajarkan untuk tidak terlena dengan kenikmatan dan tidak putus asa
dengan kesulitan. Semuanya adalah ujian. Yang terpenting adalah bagaimana kita
menyikapinya.
Menguatkan Tawakal dan Husnuzan
Pesan utama dari semua ini
adalah untuk membangun tawakal
(berserah diri) dan husnuzan billah
(berprasangka baik kepada Allah). Apapun yang terjadi, kita harus meyakini
bahwa Allah selalu merancang yang terbaik untuk hamba-Nya. Sikap ini bukan
berarti pasrah tanpa usaha, melainkan berserah diri setelah berusaha semaksimal
mungkin.
Ketika menghadapi
kesulitan, seorang Muslim meyakini bahwa di balik setiap kesulitan pasti ada
kemudahan. Allah Swt. berfirman dalam
Surah Al-Insyirah ayat 5-6:
"Maka
sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan
ada kemudahan."
Ayat ini diulang dua kali
untuk memberikan penekanan dan menegaskan janji Allah bahwa kemudahan itu pasti
datang, bahkan seolah-olah "bersama" dengan kesulitan itu sendiri.
Artinya, di dalam kesulitan yang kita alami, sudah terkandung benih-benih
kemudahan yang akan muncul pada waktunya.
Merenungkan Hikmah Takdir
Semua yang terjadi dalam
hidup ini adalah bagian dari pendidikan Ilahi. Allah mendidik kita melalui
kegagalan, menguatkan kita melalui cobaan, dan menguji kesyukuran kita melalui
kenikmatan. Jangan terburu-buru menilai sesuatu itu buruk hanya karena tidak
sesuai dengan keinginan kita. Bisa jadi, di balik apa yang kita benci, tersembunyi
pintu-pintu kebaikan dan jalan menuju takdir terbaik yang telah disiapkan Allah
untuk kita.
Mari kita latih hati untuk
selalu bersyukur di saat senang dan bersabar di saat sulit, karena keduanya
adalah jalan untuk meraih ridha Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar