Teks Berjalan

Selamat Datang di Blog abuyasin.com Selamat Datang di Blog abuyasin.com

Jumat, 29 Agustus 2025



 Keikhlasan dalam Belajar: Jalan Menuju Keistiqamahan

Dalam perjalanan hidup seorang Muslim, belajar bukan hanya sekadar aktivitas intelektual, melainkan ibadah. Setiap ilmu yang dipelajari, baik agama maupun duniawi, sejatinya harus bermuara pada satu tujuan: mencari keridhaan Allah ﷻ. Namun, jalan menuju ilmu tidaklah mudah. Banyak orang yang bersemangat di awal, tetapi kemudian mundur di tengah jalan. Ada pula yang semangat belajarnya tergerus oleh motivasi duniawi semata. Di sinilah letak pentingnya keikhlasan.

Sebagaimana pepatah ulama:
"Barang siapa menanam keikhlasan dalam belajar, maka Allah akan bukakan pintu keistiqamahan baginya."

Keikhlasan bukan sekadar niat awal, tetapi sebuah proses berkelanjutan yang menjaga hati dari penyakit riya, ujub, dan cinta dunia. Artikel ini akan menguraikan mengapa keikhlasan dalam belajar menjadi kunci untuk membuka pintu keistiqamahan, dengan dukungan dari Al-Qur’an, Hadis, serta pandangan para ulama klasik dan modern.

1. Landasan Keikhlasan dalam Belajar

a. Al-Qur’an

Allah ﷻ menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa amal yang diterima hanyalah amal yang ikhlas karena-Nya:

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus..."
(QS. Al-Bayyinah: 5)

Ayat ini menunjukkan bahwa ibadah termasuk belajar tidak bernilai tanpa ikhlas. Belajar dengan tujuan mencari ridha Allah menjadikan aktivitas intelektual setara dengan ibadah mahdhah, seperti shalat dan puasa.

b. Hadis Nabi ﷺ

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya...”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menjadi pilar utama dalam ilmu ikhlas. Jika seseorang belajar hanya untuk mencari gelar, popularitas, atau keuntungan dunia, maka itulah yang akan ia peroleh. Namun, bila niatnya karena Allah, maka pintu keberkahan ilmu akan terbuka.

 

2. Keikhlasan sebagai Jalan Menuju Keistiqamahan

a. Definisi Istiqamah

Istiqamah berarti konsisten dalam kebaikan, teguh menjalani perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya secara terus-menerus. Allah ﷻ berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata): Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan bergembiralah dengan surga yang dijanjikan kepadamu.”
(QS. Fussilat: 30)

Ayat ini menjelaskan bahwa istiqamah adalah anugerah yang diberikan kepada orang-orang yang menjadikan Allah sebagai tujuan utama.

b. Keterkaitan Ikhlas dan Istiqamah

Imam Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam Madarijus Salikin menjelaskan bahwa istiqamah adalah buah dari keikhlasan. Hati yang ikhlas akan lebih mudah bertahan dalam kebaikan, sementara hati yang bercampur riya atau tujuan duniawi akan cepat lelah.

Belajar dengan ikhlas akan membuat seseorang terus bersemangat meskipun tidak mendapatkan pengakuan manusia. Sebaliknya, belajar tanpa ikhlas hanya akan membuat seseorang mudah goyah ketika tidak ada apresiasi atau ketika menghadapi kesulitan.

3. Pandangan Ulama Klasik tentang Ikhlas dalam Menuntut Ilmu

a. Imam al-Ghazali

Dalam Ihya’ Ulumuddin, Imam al-Ghazali menekankan bahwa ilmu adalah jalan menuju Allah. Namun, ilmu bisa menjadi hijab (penghalang) bila niatnya tidak ikhlas. Beliau berkata:
"Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, dan amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan."

Beliau juga memperingatkan agar penuntut ilmu tidak terjebak dalam tiga penyakit niat: mencari kedudukan, mencari harta, dan mencari popularitas.

b. Imam Nawawi

Dalam mukadimah Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mengingatkan agar setiap amal harus disertai niat ikhlas karena Allah. Menurut beliau, belajar tanpa ikhlas hanya akan melahirkan kesombongan ilmiah dan tidak membawa manfaat di akhirat.

c. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Beliau menegaskan dalam Majmu’ Fatawa:
"Barang siapa yang menjadikan ilmu sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, maka ilmu itu akan membimbingnya menuju kebenaran. Namun jika ilmu dijadikan sebagai tujuan dunia, maka ilmu itu akan menjadi musibah baginya."

4. Perspektif Ulama Modern

a. Buya Hamka

Dalam bukunya Tasawuf Modern, Buya Hamka menekankan bahwa keikhlasan adalah kunci kebahagiaan. Belajar tanpa ikhlas hanya akan melahirkan stres, iri hati, dan kegelisahan. Sebaliknya, belajar dengan ikhlas akan memberikan ketenangan batin dan semangat yang berkelanjutan.

b. Syekh Abdurrahman as-Sa’di

Dalam tafsirnya, beliau menjelaskan bahwa istiqamah adalah kelanjutan dari ikhlas. Orang yang ikhlas akan konsisten dalam kebaikan meski sedikit, karena tujuan utamanya bukan pujian manusia, melainkan ridha Allah.

c. Dr. Aidh al-Qarni

Dalam La Tahzan, beliau menekankan bahwa hati yang ikhlas akan lebih mudah menerima ujian dan tetap istiqamah. Orang yang belajar dengan ikhlas tidak akan berhenti hanya karena kegagalan, tetapi menjadikannya sebagai pelajaran.

 

5. Strategi Menumbuhkan Keikhlasan dalam Belajar

a. Meluruskan Niat

Sebelum memulai belajar, ucapkan dalam hati: “Saya belajar karena Allah, agar ilmu ini bermanfaat untuk diri saya dan umat.”

b. Mengingat Tujuan Akhirat

Setiap kali merasa futur (malas), ingatlah bahwa ilmu yang bermanfaat akan menjadi amal jariyah. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)

c. Menjauhi Penyakit Hati

Hindari belajar hanya untuk menang debat, mencari pujian, atau merendahkan orang lain. Imam Malik pernah berkata:
"Ilmu bukanlah banyaknya riwayat, tetapi cahaya yang Allah masukkan ke dalam hati."

d. Membiasakan Dzikir dan Doa

Mintalah keistiqamahan dalam doa. Rasulullah ﷺ sering berdoa:

“Ya Allah, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
(HR. Tirmidzi)

Dzikir dan doa akan memperkuat hati agar tetap ikhlas dan istiqamah.

6. Hikmah Ikhlas dalam Belajar

1.     Ilmu yang Berkah – Ilmu yang diperoleh dengan ikhlas akan bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

2.     Kemudahan dalam Mengamalkan – Allah akan memudahkan seseorang yang ikhlas untuk mengamalkan ilmunya.

3.     Ketenangan Hati – Hati yang ikhlas lebih tenang, tidak terbebani oleh ambisi duniawi.

4.     Pintu Keistiqamahan Terbuka – Istiqamah adalah karunia Allah bagi hamba yang menjaga keikhlasan.

Belajar adalah perjalanan panjang yang memerlukan energi, waktu, dan pengorbanan. Tanpa keikhlasan, perjalanan ini akan terasa berat dan melelahkan. Namun, dengan keikhlasan, Allah ﷻ akan memudahkan dan membuka pintu keistiqamahan.

Sebagaimana diungkapkan oleh Ibnul Qayyim:
"Keikhlasan ibarat pohon yang akar-akarnya menghujam ke dalam hati. Amal-amal shalih adalah cabang-cabangnya, dan buahnya adalah keistiqamahan di dunia dan kebahagiaan di akhirat."

Maka, marilah kita meluruskan niat dalam belajar. Bukan karena gelar, bukan karena popularitas, tetapi semata-mata mencari ridha Allah ﷻ. Dengan itu, ilmu akan menjadi cahaya, hati menjadi tenang, dan langkah kita akan istiqamah hingga akhir hayat.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar