Teks Berjalan

Selamat Datang di Blog abuyasin.com Selamat Datang di Blog abuyasin.com

Selasa, 26 Agustus 2025



Hidup adalah Pilihanmu, Maka Jalani dengan Penuh Makna

Dalam setiap tarikan napas, kita selalu dihadapkan pada satu kenyataan besar: hidup adalah pilihan. Setiap langkah yang kita ambil hari ini, sekecil apa pun, adalah benang yang akan membentuk kain kehidupan kita di masa depan.

Ungkapan sederhana, “Life is what you make it, so make it well,” bukan sekadar kalimat motivasi, melainkan filosofi universal yang hidup dalam ajaran para bijak dari Timur hingga Barat, dari filsafat kuno hingga Al-Qur’an dan Hadis.

Kebijaksanaan dari Timur dan Barat

Filsafat Stoik yang digagas Seneca mengajarkan: “It is not what happens to you, but how you react to it that matters.” (Bukan apa yang terjadi padamu, tetapi bagaimana engkau bereaksi terhadapnya yang terpenting). Pesan ini mengajarkan bahwa kendali sejati ada dalam diri, bukan di luar kita.

Stephen R. Covey, penulis The 7 Habits of Highly Effective People, menegaskan pentingnya proaktivitas kebebasan memilih sikap dalam setiap keadaan. Menurutnya, kunci hidup efektif terletak pada kesadaran bahwa kita bukan makhluk reaktif, tetapi makhluk yang memiliki kehendak untuk memilih.

Di sisi lain, Napoleon Hill dalam Think and Grow Rich menekankan kekuatan tujuan (definiteness of purpose). Hidup tanpa arah jelas adalah pemborosan, sementara hidup dengan tujuan memberi kita energi dan fokus yang luar biasa.

Perspektif Islam: Ikhtiar, Takdir, dan Tanggung Jawab

Islam menegaskan bahwa manusia bukanlah sekadar wayang yang digerakkan takdir. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)

Ayat ini adalah landasan utama bahwa pilihan, usaha, dan ikhtiar manusia menjadi penentu perubahan nasib.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Ikatlah untamu, kemudian bertawakallah.”
(HR. Tirmidzi)

Hadis ini menegaskan keseimbangan antara usaha maksimal (ikhtiar) dan kepasrahan (tawakal) kepada Allah. Umar bin Khattab RA pun menolak masuk ke kota yang terkena wabah dengan bijak, seraya berkata, “Kita lari dari takdir menuju takdir yang lain.” Sebuah contoh nyata bagaimana ikhtiar adalah bagian dari ketetapan Ilahi.

Para ulama juga menekankan pentingnya memilih jalan yang benar dalam hidup. Imam Al-Ghazali berkata:

“Hidup ini hanyalah perjalanan menuju akhirat. Maka barang siapa yang sadar, ia akan mempersiapkan bekalnya.”

Bagaimana Menjalani Hidup dengan Penuh Makna?

1. Bangun Kesadaran Diri (Muhasabah dan Refleksi)

Rumi pernah berkata, “Ketika kamu mulai berjalan di jalan, jalan itu akan muncul.” Refleksi diri adalah kompas agar tidak terseret arus dunia. Dalam Islam, muhasabah dianjurkan untuk menimbang setiap amal agar kita kembali kepada jalan yang benar.

2. Ambil Tanggung Jawab Penuh

Jangan biarkan hidup kita dikendalikan oleh masa lalu, orang lain, atau keadaan. Zig Ziglar, motivator Amerika, berkata: “You are the only person on earth who can use your ability.” Dalam Islam, konsep ini sejalan dengan taklif (beban tanggung jawab) bahwa setiap manusia bertanggung jawab atas amalnya sendiri.

3. Tentukan Tujuan yang Jelas

Dalam Islam, tujuan hidup tertinggi adalah mencari ridha Allah. Firman-Nya:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyat: 56)

Di level praktis, tujuan ini bisa diwujudkan dengan menolong sesama, menuntut ilmu, beramal saleh, hingga membangun karya bermanfaat.

4. Jadikan Kesulitan sebagai Guru

Kahlil Gibran berkata: “Kesabaran adalah pohon yang akarnya pahit, tetapi buahnya manis.” Dalam Islam, sabar bukanlah pasrah, melainkan kekuatan menerima cobaan dan belajar darinya. Rasulullah SAW bersabda:

“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Sesungguhnya segala urusannya adalah baik. Jika mendapat nikmat, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika tertimpa musibah, ia bersabar, maka itu baik baginya.”
(HR. Muslim)

5. Beri Makna pada Setiap Aksi

Dalam Islam ada konsep ihsan: berbuat sebaik-baiknya seolah-olah kita melihat Allah. Dengan ihsan, setiap pekerjaan bahkan yang sederhana berubah menjadi ibadah. Covey menyebut ini sebagai living with principle, sementara ulama menyebutnya amal saleh yang ikhlas.

Penutup: Hidup sebagai Kanvas, Kita adalah Senimannya

Hidup adalah kanvas kosong. Setiap hari Allah memberi kita kuas dan palet warna. Pertanyaannya bukan apakah kita akan melukis, tetapi bagaimana kita akan melukisnya. Apakah sekadar coretan tanpa makna, atau mahakarya penuh nilai yang diridhai Allah?

Jika para filsuf Barat mengajarkan self-mastery, maka Islam menyempurnakannya dengan orientasi akhirat. Hidup bukan sekadar menjadi produktif atau sukses di dunia, melainkan menjalani pilihan dengan penuh makna agar bernilai di hadapan Allah.

Maka, jalani hidupmu dengan kesadaran, tanggung jawab, tujuan, kesabaran, dan ihsan. Karena pada akhirnya, pilihanmu hari ini adalah warisan yang akan kau tinggalkan, baik untuk dunia maupun akhiratmu.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar