7 Nasihat Lembut untuk Anak tentang Sholat
Sholat adalah ibadah yang
paling utama setelah syahadat, sekaligus tiang agama bagi seorang Muslim.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Pokok segala
urusan adalah Islam, tiangnya adalah sholat, dan puncaknya adalah jihad di
jalan Allah."
(HR. Tirmidzi, no. 2616)
Karena begitu pentingnya
sholat, para orang tua dituntut untuk menanamkan kebiasaan ini sejak dini
kepada anak-anak mereka. Namun, cara menanamkan sholat tidak bisa hanya dengan
paksaan. Ia harus dibimbing dengan kelembutan, kasih sayang, serta contoh
nyata.
Dalam perspektif parenting
Islami, sholat bukan hanya rutinitas ibadah, melainkan sarana mendidik
karakter, membentuk disiplin, dan menguatkan kecerdasan spiritual (spiritual
quotient/SQ). Artikel ini menguraikan 7
nasihat lembut untuk anak tentang sholat dengan rujukan Al-Qur’an,
Hadis, pandangan ulama, serta penguatan dari psikologi Islam.
1.
Takutlah Hanya kepada Allah
Al-Qur’an menegaskan:
"Maka
janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu
benar-benar orang yang beriman."
(QS. Ali Imran: 175)
Anak perlu diajarkan bahwa rasa takut yang
sejati hanya kepada Allah, bukan kepada manusia, termasuk orang tua. Menanamkan
konsep ini membuat anak belajar ikhlas dalam ibadah. Sholat tidak dilakukan
karena pengawasan orang tua, melainkan karena kesadaran bahwa Allah selalu
melihat.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin
menyebutkan bahwa pendidikan anak hendaknya dimulai dengan menguatkan rasa
muraqabah (kesadaran akan pengawasan Allah). Dengan itu, anak akan tumbuh
memiliki hati yang lembut dan tidak mudah tergoda oleh lingkungan buruk.
Dari sisi psikologi Islam, ajaran ini membangun
internal locus of control: anak menyadari bahwa motivasi sholat bukan
berasal dari luar (hukuman/ancaman orang tua), tetapi dari dalam dirinya
sendiri karena iman kepada Allah.
2. Sholat
adalah Tanda Cinta
Sholat bukan sekadar kewajiban, melainkan
ekspresi cinta seorang hamba kepada Rabb-nya. Allah berfirman:
"Dirikanlah
sholat untuk mengingat-Ku."
(QS. Thaha: 14)
Mengajarkan anak bahwa sholat adalah sarana
menyatakan cinta akan menumbuhkan rasa manis dalam ibadah. Rasulullah ﷺ sendiri
menggambarkan sholat sebagai kebahagiaan:
"Dijadikan
penyejuk mataku dalam sholat."
(HR. An-Nasa’i, no. 3940)
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menyatakan,
"Sholat adalah taman bagi orang-orang yang mencintai Allah. Mereka
berjumpa dengan kekasihnya (Allah) dalam munajat yang penuh kerinduan."
Dari sudut psikologi parenting, menanamkan
sholat sebagai tanda cinta lebih efektif daripada sekadar kewajiban. Anak akan
merasa sholat adalah kebutuhan batin, bukan beban. Hal ini menumbuhkan motivasi
intrinsik, yang lebih kuat dan bertahan lama.
3. Allah
Selalu Melihat
Muraqabah (kesadaran diawasi Allah) adalah
pilar penting dalam tarbiyah anak. Allah berfirman:
"Dan Dia
bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan."
(QS. Al-Hadid: 4)
Rasulullah ﷺ mengingatkan seorang sahabat
muda, Abdullah bin Abbas, dengan kalimat yang sangat menyentuh:
"Jagalah
Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau mendapati-Nya di
hadapanmu."
(HR. Tirmidzi, no. 2516)
Pesan ini menunjukkan bahwa menanamkan
kesadaran akan pengawasan Allah sejak kecil adalah fondasi keimanan.
Dalam psikologi Islam, konsep ini sejalan
dengan self-regulation (pengendalian diri). Anak belajar menahan diri dari
keburukan, meski tidak ada yang mengawasi, karena keyakinannya bahwa Allah Maha
Melihat.
4. Sholat
Menjaga Hati
Sholat berfungsi sebagai terapi jiwa. Allah
menegaskan:
"Sesungguhnya
sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar."
(QS. Al-Ankabut: 45)
Ketika hati gelisah, marah, atau sedih,
sholat menghadirkan ketenangan. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Jika sesuatu
membuat Nabi gelisah, beliau segera sholat."
(HR. Abu Dawud, no. 1319)
Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Sholat adalah
surga dunia. Barang siapa yang tidak merasakan kenikmatan sholat, maka ia tidak
akan merasakan kenikmatan surga.”
Dalam psikologi modern, sholat berfungsi
seperti mindfulness: melatih kesadaran penuh, fokus, dan ketenangan
batin. Gerakan sholat juga terbukti menurunkan stres dan kecemasan, sebagaimana
dibuktikan oleh penelitian dalam bidang Islamic psychology.
5. Sholat
adalah Kunci Doa
Doa adalah inti ibadah, dan sholat adalah
pintu utamanya. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Doa adalah
ibadah."
(HR. Tirmidzi, no. 2969)
Allah berjanji:
"Mintalah
kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan untukmu."
(QS. Ghafir: 60)
Anak perlu diajarkan bahwa doa-doanya setelah
sholat lebih mudah dikabulkan. Dari segi parenting, ini membangun hope
(harapan) pada diri anak: ia merasa selalu punya tempat kembali untuk
mengadu, yaitu kepada Allah.
6. Sholat
itu Perisai dari Dosa
Sholat berfungsi sebagai pelindung jiwa dari
kerusakan moral. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sholat lima
waktu, Jum’at ke Jum’at berikutnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah
penghapus dosa di antara keduanya, selama dosa besar dijauhi."
(HR. Muslim, no. 233)
Imam Hasan Al-Bashri menegaskan, “Sholat
adalah penolongmu di dunia dan akhirat. Barang siapa menjaga sholat, maka Allah
akan menjaganya dari keburukan.”
Dalam psikologi Islam, sholat membangun moral
intelligence. Anak yang terbiasa sholat akan lebih mudah mengendalikan diri
dari perilaku menyimpang, karena memiliki benteng spiritual.
7. Sholat
adalah Bekal Menuju Surga
Sholat adalah ibadah pertama yang akan
dihisab di akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya
amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah sholat.
Jika sholatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya. Jika sholatnya rusak, maka
rusaklah seluruh amalnya."
(HR. Thabrani, no. 1655)
Surga adalah janji Allah bagi hamba yang
menjaga sholat. Allah berfirman:
"(Yaitu)
orang-orang yang tetap setia mengerjakan sholat mereka. Mereka itulah yang akan
mewarisi, (yakni) surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya."
(QS. Al-Mu’minun: 9-11)
Bagi anak-anak, penjelasan ini dapat
diberikan dengan bahasa sederhana: sholat adalah “tiket emas” menuju surga yang
indah.
Perspektif
Parenting: Kelembutan dalam Mengajarkan Sholat
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Perintahkanlah
anak-anak kalian untuk sholat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka
(dengan lembut untuk mendidik) jika meninggalkannya pada umur sepuluh tahun,
dan pisahkan tempat tidur mereka."
(HR. Abu Dawud, no. 495)
Hadis ini menunjukkan pentingnya pendidikan
bertahap. Sebelum usia 7 tahun, anak dikenalkan sholat dengan kelembutan,
teladan, dan motivasi. Usia 7–10 adalah masa pembiasaan, sedangkan setelah 10
tahun adalah tahap penegasan disiplin.
Psikologi parenting menekankan prinsip “learning
by modeling”: anak lebih mudah meniru daripada sekadar disuruh. Karena itu,
orang tua yang rajin sholat dengan penuh kekhusyukan akan menjadi teladan nyata
bagi anak.
Kesimpulan
Menanamkan sholat kepada anak sejak dini
adalah kewajiban dan investasi terbesar orang tua. Nasihat lembut lebih efektif
daripada ancaman. Dengan mengajarkan bahwa sholat adalah tanda cinta, penjaga
hati, perisai dosa, dan bekal menuju surga, anak akan tumbuh dengan kesadaran
spiritual yang kuat.
Diperkuat oleh Al-Qur’an, Hadis, dan nasihat
ulama, serta dikaji dari perspektif psikologi Islam dan parenting, kita
memahami bahwa sholat bukan sekadar kewajiban ritual, tetapi juga sarana
membentuk karakter, disiplin, dan ketenangan jiwa.
Semoga Allah menjadikan kita dan anak-anak
kita termasuk orang yang menjaga sholat hingga akhir hayat, sebagaimana doa
Nabi Ibrahim:
"Ya Rabb, jadikanlah aku dan anak cucuku
orang yang tetap mendirikan sholat. Ya Rabb, perkenankanlah doaku."
(QS. Ibrahim: 40)