Teks Berjalan

Selamat Datang di Blog abuyasin.com Selamat Datang di Blog abuyasin.com

Kamis, 07 Agustus 2025

 


Sekarang dan Keridhaan: Dua Kunci Utama Menuju Bahagia Sejati dalam Islam

Dalam pusaran waktu yang tak pernah berhenti, manusia sering kali tersesat. Pikiran kita kerap berkelana, terperangkap dalam bayang-bayang masa lalu yang penuh penyesalan atau disibukkan oleh kecemasan akan masa depan yang belum terjamah. Namun, dalam ajaran Islam yang paripurna, ada dua pilar utama yang menuntun kita kembali ke jalur ketenangan dan kebahagiaan: sekarang dan keridhaan.

Dua konsep ini, meski tampak sederhana, menyimpan kearifan mendalam yang mampu mengubah cara kita memandang dan menjalani kehidupan. Keduanya adalah fondasi kokoh untuk mencapai sa'adah, kebahagiaan sejati yang tidak hanya bersifat lahiriah, tetapi bersemayam dalam hati.

 

1. "Sekarang": Satu-satunya Waktu yang Kita Miliki

Hidup adalah rangkaian dari momen-momen "sekarang" yang terus berlanjut. Islam mengajarkan kita untuk menghargai setiap detiknya, karena waktu adalah anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

"Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok..." (QS. Luqman: 34)

Ayat ini menegaskan betapa rapuhnya genggaman kita terhadap waktu selain waktu yang kita jalani saat ini. Masa lalu telah berlalu, pelajaran telah diambil, dan ia tidak akan pernah kembali. Masa depan adalah misteri yang sepenuhnya berada dalam kuasa Allah. Oleh karena itu, satu-satunya waktu yang dapat kita kelola dan manfaatkan adalah sekarang.

Rasulullah ﷺ, sebagai teladan terbaik, menekankan pentingnya memanfaatkan waktu saat ini. Beliau bersabda:

"Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum sakitmu, masa kayamu sebelum fakirmu, masa luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu." (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)

Hadis ini adalah seruan yang menggugah untuk tidak menunda-nunda kebaikan. Masa muda adalah saat kekuatan fisik dan mental kita berada di puncaknya, masa sehat adalah kesempatan untuk beribadah tanpa hambatan, masa kaya adalah waktu untuk berbagi, masa luang adalah jendela untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan masa hidup adalah peluang terakhir untuk mempersiapkan diri sebelum hari perhitungan. Semua ini hanya bisa dilakukan sekarang.

Para ulama juga memberikan penekanan yang kuat. Al-Hasan Al-Basri berkata, "Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Jika satu hari telah berlalu, maka sebagian dari dirimu telah pergi." Perkataan ini menjadi pengingat yang tajam bahwa setiap hari yang kita lewatkan tanpa makna adalah kerugian besar.

 

2. "Keridhaan": Jantung Kebahagiaan dalam Iman

Banyak manusia mencari kebahagiaan di luar dirinya. Mereka mengejar harta, status, atau pujian dari orang lain. Namun, kebahagiaan yang hakiki bukanlah sesuatu yang bisa dibeli atau didapatkan dari dunia luar. Kebahagiaan sejati, dalam pandangan Islam, lahir dari keridhaan (رضا) hati terhadap segala ketetapan Allah SWT.

Keridhaan adalah sikap penerimaan yang tulus terhadap takdir, baik yang kita anggap baik maupun buruk. Ia merupakan buah dari keyakinan yang mendalam bahwa Allah adalah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Apa pun yang ditetapkan-Nya pasti mengandung hikmah terbaik bagi hamba-Nya, meskipun akal kita yang terbatas belum mampu memahaminya. Allah berfirman:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu; dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)

Ayat ini adalah fondasi dari sikap keridhaan. Ini adalah pengingat bahwa persepsi kita tentang baik dan buruk sering kali dangkal. Penyakit yang kita benci mungkin adalah cara Allah membersihkan dosa-dosa kita. Kesulitan finansial yang kita sesali mungkin adalah jalan untuk melatih kesabaran dan keikhlasan. Kekecewaan yang kita rasakan mungkin adalah pintu gerbang menuju keberhasilan yang lebih besar.

Keridhaan bukanlah sikap pasif atau menyerah. Sebaliknya, ia adalah sikap aktif yang lahir setelah kita berikhtiar semaksimal mungkin. Setelah berusaha dan berdoa, kita serahkan hasilnya kepada Allah. Sikap inilah yang membebaskan hati dari belenggu kekecewaan, amarah, dan kecemburuan.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, seorang ulama besar, menggambarkan keridhaan dengan sangat indah:

“Keridhaan adalah pintu Allah yang paling agung, surga dunia, dan taman para pencinta.”

Pernyataan ini menunjukkan bahwa keridhaan adalah pintu gerbang menuju ketenangan batin. Ia adalah "surga" yang bisa kita rasakan saat masih hidup di dunia, di mana hati tidak lagi digelisahkan oleh ketidakpastian dunia.

 

3. Menggabungkan "Sekarang" dan "Keridhaan": Resep Hidup Bahagia

Kebahagiaan sejati dapat diraih saat kita menyatukan kedua kunci ini. Fokus pada sekarang dengan hati yang diliputi keridhaan.

  • Fokus pada sekarang: Ini berarti kita tidak membiarkan diri kita terjebak dalam penyesalan yang sia-sia atas masa lalu. Kita juga tidak membiarkan kecemasan tentang masa depan mengendalikan pikiran. Sebaliknya, kita menginvestasikan energi kita sepenuhnya pada waktu yang kita miliki: menunaikan salat dengan khusyuk, berinteraksi dengan keluarga dengan penuh cinta, bekerja dengan sungguh-sungguh, dan beribadah dengan ikhlas.
  • Hidup dengan keridhaan: Ini berarti kita menerima setiap ujian, nikmat, dan takdir yang datang pada hari ini dengan hati yang lapang. Ketika hal baik terjadi, kita bersyukur. Ketika hal buruk menimpa, kita bersabar dan yakin bahwa ada hikmah di baliknya. Kita tidak mengeluh, tidak menyalahkan takdir, tetapi justru mencari pelajaran dan kekuatan di dalamnya.

Gabungan dari keduanya menciptakan ketenangan jiwa yang luar biasa. Kita tidak lagi hidup dalam bayang-bayang masa lalu atau ketakutan masa depan. Kita hidup sepenuhnya di saat ini, dengan hati yang damai karena yakin bahwa segala yang terjadi adalah kehendak Allah yang terbaik.

Seorang salafus shalih pernah berkata, "Barangsiapa yang berkeridhaan dengan takdir Allah, maka ia tidak akan bersedih atas apa yang luput darinya dan tidak akan bergembira secara berlebihan atas apa yang didapatkannya." Inilah inti dari ketenangan: hati yang stabil, tidak goyah oleh badai dunia.

Sebuah Pilihan yang Mengubah Kehidupan

"Sekarang" dan "keridhaan" bukanlah takdir, melainkan sebuah pilihan. Kita selalu punya pilihan untuk menentukan bagaimana kita akan menjalani hidup. Apakah kita akan menghabiskan waktu dengan penyesalan, keluhan, dan kekhawatiran yang tak berujung, atau kita akan memilih untuk hadir sepenuhnya di saat ini dan menerima setiap ketetapan Allah dengan hati yang ridha?

Memilih untuk hidup di "sekarang" dan dengan "keridhaan" adalah memilih untuk membebaskan diri dari belenggu kegelisahan. Ini adalah memilih untuk menjalani hidup yang tenang, damai, dan penuh berkah. Karena pada akhirnya, “sekarang” adalah satu-satunya waktu yang pasti kita miliki, dan “keridhaan” adalah satu-satunya sikap yang bisa menjadikan kita benar-benar bahagia.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar