Keikhlasan dalam Belajar: Jalan Menuju Keistiqamahan
Dalam perjalanan hidup
seorang Muslim, belajar bukan hanya sekadar aktivitas intelektual, melainkan
ibadah. Setiap ilmu yang dipelajari, baik agama maupun duniawi, sejatinya harus
bermuara pada satu tujuan: mencari keridhaan Allah ﷻ. Namun, jalan menuju ilmu
tidaklah mudah. Banyak orang yang bersemangat di awal, tetapi kemudian mundur
di tengah jalan. Ada pula yang semangat belajarnya tergerus oleh motivasi
duniawi semata. Di sinilah letak pentingnya keikhlasan.
Sebagaimana pepatah ulama:
"Barang siapa menanam keikhlasan dalam belajar, maka Allah akan bukakan
pintu keistiqamahan baginya."
Keikhlasan bukan sekadar
niat awal, tetapi sebuah proses berkelanjutan yang menjaga hati dari penyakit
riya, ujub, dan cinta dunia. Artikel ini akan menguraikan mengapa keikhlasan
dalam belajar menjadi kunci untuk membuka pintu keistiqamahan, dengan dukungan
dari Al-Qur’an, Hadis, serta pandangan para ulama klasik dan modern.
1. Landasan Keikhlasan
dalam Belajar
a. Al-Qur’an
Allah ﷻ menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa amal yang diterima hanyalah
amal yang ikhlas karena-Nya:
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus..."
(QS. Al-Bayyinah: 5)
Ayat ini menunjukkan bahwa ibadah termasuk belajar tidak bernilai tanpa
ikhlas. Belajar dengan tujuan mencari ridha Allah menjadikan aktivitas
intelektual setara dengan ibadah mahdhah, seperti shalat dan puasa.
b. Hadis Nabi ﷺ
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan
setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya...”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menjadi pilar
utama dalam ilmu ikhlas. Jika seseorang belajar hanya untuk mencari gelar,
popularitas, atau keuntungan dunia, maka itulah yang akan ia peroleh. Namun,
bila niatnya karena Allah, maka pintu keberkahan ilmu akan terbuka.
2. Keikhlasan sebagai Jalan
Menuju Keistiqamahan
a. Definisi Istiqamah
Istiqamah berarti konsisten dalam kebaikan, teguh menjalani perintah
Allah, dan menjauhi larangan-Nya secara terus-menerus. Allah ﷻ berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: ‘Tuhan
kami ialah Allah’ kemudian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada
mereka (seraya berkata): Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan
bergembiralah dengan surga yang dijanjikan kepadamu.”
(QS. Fussilat: 30)
Ayat ini menjelaskan bahwa istiqamah adalah anugerah yang diberikan
kepada orang-orang yang menjadikan Allah sebagai tujuan utama.
b. Keterkaitan Ikhlas dan
Istiqamah
Imam Ibn Qayyim al-Jauziyah
dalam Madarijus Salikin menjelaskan bahwa istiqamah adalah buah dari
keikhlasan. Hati yang ikhlas akan lebih mudah bertahan dalam kebaikan,
sementara hati yang bercampur riya atau tujuan duniawi akan cepat lelah.
Belajar dengan ikhlas akan
membuat seseorang terus bersemangat meskipun tidak mendapatkan pengakuan
manusia. Sebaliknya, belajar tanpa ikhlas hanya akan membuat seseorang mudah
goyah ketika tidak ada apresiasi atau ketika menghadapi kesulitan.
3. Pandangan Ulama Klasik
tentang Ikhlas dalam Menuntut Ilmu
a. Imam al-Ghazali
Dalam Ihya’ Ulumuddin, Imam al-Ghazali menekankan bahwa ilmu
adalah jalan menuju Allah. Namun, ilmu bisa menjadi hijab (penghalang) bila
niatnya tidak ikhlas. Beliau berkata:
"Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, dan amal tanpa ilmu adalah
kesia-siaan."
Beliau juga memperingatkan agar penuntut ilmu tidak terjebak dalam tiga
penyakit niat: mencari kedudukan, mencari harta, dan mencari popularitas.
b. Imam Nawawi
Dalam mukadimah Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mengingatkan agar
setiap amal harus disertai niat ikhlas karena Allah. Menurut beliau, belajar
tanpa ikhlas hanya akan melahirkan kesombongan ilmiah dan tidak membawa manfaat
di akhirat.
c. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah
Beliau menegaskan dalam Majmu’ Fatawa:
"Barang siapa yang menjadikan ilmu sebagai sarana mendekatkan diri
kepada Allah, maka ilmu itu akan membimbingnya menuju kebenaran. Namun jika
ilmu dijadikan sebagai tujuan dunia, maka ilmu itu akan menjadi musibah
baginya."
4. Perspektif Ulama Modern
a. Buya Hamka
Dalam bukunya Tasawuf Modern, Buya Hamka menekankan bahwa
keikhlasan adalah kunci kebahagiaan. Belajar tanpa ikhlas hanya akan melahirkan
stres, iri hati, dan kegelisahan. Sebaliknya, belajar dengan ikhlas akan
memberikan ketenangan batin dan semangat yang berkelanjutan.
b. Syekh Abdurrahman
as-Sa’di
Dalam tafsirnya, beliau menjelaskan bahwa istiqamah adalah kelanjutan
dari ikhlas. Orang yang ikhlas akan konsisten dalam kebaikan meski sedikit,
karena tujuan utamanya bukan pujian manusia, melainkan ridha Allah.
c. Dr. Aidh al-Qarni
Dalam La Tahzan, beliau menekankan bahwa hati yang ikhlas akan
lebih mudah menerima ujian dan tetap istiqamah. Orang yang belajar dengan
ikhlas tidak akan berhenti hanya karena kegagalan, tetapi menjadikannya sebagai
pelajaran.
5. Strategi Menumbuhkan
Keikhlasan dalam Belajar
a. Meluruskan Niat
Sebelum memulai belajar, ucapkan dalam hati: “Saya belajar karena
Allah, agar ilmu ini bermanfaat untuk diri saya dan umat.”
b. Mengingat Tujuan Akhirat
Setiap kali merasa futur (malas), ingatlah bahwa ilmu yang bermanfaat
akan menjadi amal jariyah. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Apabila manusia meninggal dunia, maka
terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)
c. Menjauhi Penyakit Hati
Hindari belajar hanya untuk menang debat, mencari pujian, atau
merendahkan orang lain. Imam Malik pernah berkata:
"Ilmu bukanlah banyaknya riwayat, tetapi cahaya yang Allah masukkan ke
dalam hati."
d. Membiasakan Dzikir dan
Doa
Mintalah keistiqamahan dalam doa. Rasulullah ﷺ sering berdoa:
“Ya Allah, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
(HR. Tirmidzi)
Dzikir dan doa akan memperkuat hati agar tetap ikhlas dan istiqamah.
6. Hikmah Ikhlas dalam
Belajar
1. Ilmu yang
Berkah – Ilmu yang diperoleh dengan ikhlas akan bermanfaat, baik untuk diri
sendiri maupun orang lain.
2. Kemudahan
dalam Mengamalkan – Allah akan memudahkan seseorang yang ikhlas untuk mengamalkan
ilmunya.
3. Ketenangan
Hati – Hati yang ikhlas lebih tenang, tidak terbebani oleh ambisi duniawi.
4. Pintu
Keistiqamahan Terbuka – Istiqamah adalah karunia Allah bagi hamba yang menjaga keikhlasan.
Belajar adalah perjalanan
panjang yang memerlukan energi, waktu, dan pengorbanan. Tanpa keikhlasan,
perjalanan ini akan terasa berat dan melelahkan. Namun, dengan keikhlasan,
Allah ﷻ akan memudahkan dan membuka pintu keistiqamahan.
Sebagaimana diungkapkan oleh Ibnul Qayyim:
"Keikhlasan ibarat pohon yang akar-akarnya menghujam ke dalam hati.
Amal-amal shalih adalah cabang-cabangnya, dan buahnya adalah keistiqamahan di
dunia dan kebahagiaan di akhirat."
Maka, marilah kita
meluruskan niat dalam belajar. Bukan karena gelar, bukan karena popularitas,
tetapi semata-mata mencari ridha Allah ﷻ. Dengan itu, ilmu akan menjadi cahaya,
hati menjadi tenang, dan langkah kita akan istiqamah hingga akhir hayat.