Membaca Buku: Jalan Menajamkan Pikiran, Merawat Jiwa, dan Menyehatkan Tubuh
Dalam sebuah dialog, filsuf
Karlina Supelli menegaskan bahwa menonton film maupun konten singkat seperti
TikTok memang bisa memberi hiburan, inspirasi, bahkan informasi singkat. Namun,
sifatnya cenderung pasif kita
menerima tanpa banyak mengolah. Berbeda dengan membaca buku, yang menuntut otak
untuk aktif berdialog: dengan teks, dengan penulis, bahkan dengan diri sendiri.
Membaca bukan hanya menerima kata-kata, tetapi juga mengajak berpikir, menafsirkan, mempertanyakan, dan menyambungkannya
dengan pengalaman hidup.
Inilah mengapa membaca
memiliki nilai yang jauh lebih dalam dibandingkan konsumsi konten visual yang
cepat dan instan.
Membaca
dalam Perspektif Psikologi Umum
Psikologi kognitif menyebut
membaca sebagai salah satu aktivitas deep work kerja mendalam yang
melibatkan fokus penuh dan pemikiran terarah (Cal Newport, Deep Work,
2016). Saat membaca, otak kita terlatih dalam beberapa aspek:
- Konsentrasi: membaca melatih fokus dalam jangka waktu
panjang, sesuatu yang kian langka di era serba cepat.
- Kapasitas memori kerja: otak menyusun makna, menyambung ide, hingga
menciptakan asosiasi baru.
- Berpikir kritis: pembaca sering membangun opini tandingan atau
menilai argumen penulis.
Studi dalam jurnal Frontiers
in Psychology (2013) menunjukkan bahwa kebiasaan membaca buku fiksi bahkan
meningkatkan kemampuan empati karena pembaca berlatih memahami sudut
pandang karakter lain. Dengan kata lain, membaca bukan sekadar melatih otak,
tapi juga memperhalus hati.
Membaca
dalam Perspektif Islam
Dalam Islam, membaca
memiliki posisi sangat mulia. Wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad ﷺ
adalah perintah “Iqra’” (Bacalah!) dalam QS. Al-‘Alaq ayat 1. Ini
menandakan bahwa membaca adalah pintu ilmu dan kunci peradaban.
Imam Al-Ghazali menekankan
pentingnya ilmu yang diperoleh melalui bacaan sebagai cahaya hati. Ibn
Taimiyyah juga berkata bahwa ilmu (yang banyak diperoleh dari membaca) lebih
bernilai daripada harta, karena ilmu menjaga pemiliknya, sementara harta harus
dijaga pemiliknya.
Bahkan, membaca tidak hanya
sebatas teks tertulis, tetapi juga membaca tanda-tanda Allah (ayat
kauniyyah) di alam semesta. Artinya, seorang muslim yang rajin membaca baik
kitabullah maupun buku pengetahuan sejatinya sedang melaksanakan ibadah.
Membaca
dan Kesehatan Mental
Secara kesehatan, membaca
memiliki efek terapeutik. Terapi ini dikenal sebagai biblioterapi, yakni
penggunaan bahan bacaan untuk mendukung kesehatan mental. Penelitian yang
diterbitkan oleh The British Journal of Psychiatry (2013) menunjukkan
bahwa membaca buku self-help yang terstruktur dapat membantu penderita depresi
ringan hingga sedang.
Selain itu:
- Membaca sebelum tidur
dapat menurunkan tingkat stres hingga 68% (University of Sussex,
2009).
- Membaca rutin
menurunkan risiko penurunan kognitif dan demensia di usia
lanjut.
Maka, membaca bukan hanya
nutrisi pikiran, tetapi juga obat jiwa.
Membaca
dan Kesehatan Fisik
Meski terkesan hanya melibatkan pikiran, membaca
juga memberi manfaat fisik. Aktivitas membaca yang teratur:
- Menstabilkan detak jantung dan menurunkan
tekanan darah ketika dilakukan dengan tenang.
- Membantu kualitas tidur jika menjadi rutinitas
sebelum istirahat.
- Mengurangi kadar hormon stres kortisol,
sehingga baik bagi kesehatan jantung.
Dengan demikian, membaca adalah investasi
kesehatan holistik: pikiran jernih, hati tenang, tubuh lebih sehat.
Tips dan
Trik Agar Membaca Jadi Kebiasaan
- Tentukan waktu khusus membaca – misalnya 20-30 menit sebelum tidur atau
setelah shalat Subuh.
- Mulai dari yang disukai – pilih tema atau genre yang dekat dengan
minat agar tidak terasa berat.
- Gunakan metode “chunking” – baca sedikit demi sedikit tapi konsisten,
misalnya 10 halaman per hari.
- Tulis catatan kecil – coret ide penting atau refleksi pribadi
untuk memperdalam pemahaman.
- Seimbangkan bacaan – selain bacaan ringan, sisihkan waktu
membaca buku yang menantang agar otak terus terlatih.
- Kurangi distraksi digital – matikan notifikasi saat membaca agar fokus
lebih terjaga.
Penutup
Film dan TikTok bisa
menghibur, tapi membaca buku membentuk cara kita berpikir. Ia melatih
konsentrasi, memperluas wawasan, memperhalus jiwa, bahkan menjaga kesehatan mental
dan fisik. Dalam perspektif psikologi, membaca adalah latihan otak yang
mendalam; dalam Islam, ia adalah perintah ilahi yang memuliakan manusia.
Maka, jika kita ingin otak
tajam, hati tenang, dan jiwa sehat, jadikan membaca sebagai kebiasaan
harian. Sebab, seperti kata pepatah Arab:
"Al-ilmu
fi sh-shudûr lâ fî sh-shuthûr" – Ilmu
yang bermanfaat adalah yang menetap di dada, bukan sekadar tertulis di
lembaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar