Setiap Detik adalah Ujian: Menjadikan Hidup Amanah Menuju Ridha Allah
“Setiap detik adalah ujian. Hidup adalah amanah. Ia bukan sekadar
berjalan atau napas yang bertahan. Ia adalah titipan dari Rabbul ‘Alamin, untuk
dijaga dan dituntun ke jalan yakin.”
Dalam kedalaman makna kehidupan, manusia sejatinya bukan sekadar makhluk
yang bernapas, melainkan hamba yang diberikan amanah oleh Allah ﷻ. Detik demi detik yang
kita jalani adalah rangkaian ujian, peluang bersyukur atau kelalaian, jalan
menuju ridha atau jalan menuju murka.
1. Hidup adalah Amanah dari
Rabbul ‘Alamin
Allah ﷻ berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh
manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”
(QS. Al-Ahzab: 72)
Amanah kehidupan yang diemban manusia adalah sesuatu yang agung. Ia
bukan hanya tentang mengelola waktu, harta, atau jabatan, melainkan tentang
mengelola iman dan ketaatan kepada Allah.
Imam Al-Ghazali menyebutkan dalam Ihya’ ‘Ulumuddin, bahwa manusia
akan ditanya tentang hidupnya, umurnya, masa mudanya, hartanya, dan ilmunya.
Ini semua menunjukkan bahwa hidup bukan milik kita, tapi titipan yang kelak
dimintai pertanggungjawaban.
2. Setiap Detik adalah
Ujian
Allah ﷻ
menciptakan kehidupan bukan sebagai hiburan semata, melainkan ujian.
“Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara
kamu yang terbaik amalnya.”
(QS. Al-Mulk: 2)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa tujuan hidup adalah
ibadah dan amal terbaik, bukan banyaknya amal tapi kualitasnya — yang paling
ikhlas dan paling sesuai sunnah.
Rasulullah ﷵ
bersabda:
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia
ditanya tentang: umurnya untuk apa ia habiskan, ilmunya untuk apa ia amalkan,
hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia belanjakan, dan tubuhnya untuk apa
ia gunakan.”
(HR. Tirmidzi)
3. Hidup Bukan Sekadar
Berjalan: Tapi Menemukan Arah
Allah berfirman:
“Apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu secara main-main, dan
bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”
(QS. Al-Mu’minun: 115)
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan:
"Hidup sejati adalah hidupnya hati. Dan hati yang hidup adalah yang
mengenal Rabb-nya, mencintai-Nya, dan menuju kepada-Nya."
Maka arah hidup seorang mukmin adalah ridha Allah, bukan
popularitas, harta, atau kedudukan. Setiap langkah adalah pilihan: menuju surga
atau neraka.
4. Antara Syukur dan
Kelalaian
Allah ﷻ
mengingatkan manusia untuk memilih antara dua jalan:
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang
bersyukur dan ada pula yang kafir.”
(QS. Al-Insan: 3)
Dalam tafsirnya, Ath-Thabari menjelaskan bahwa yang bersyukur adalah
yang menerima nikmat dan menaati Allah karenanya, sedangkan yang kufur
adalah yang lalai dan menolak perintah Allah.
5. Hidup Hanya
Persinggahan, Bukan Tempat Abadi
Allah ﷻ menyebut
dunia sebagai:
“Permainan dan senda gurau, dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik
bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-An’am: 32)
Rasulullah ﷵ
bersabda:
“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang pengembara.”
(HR. Bukhari)
6. Yang Membawa Bekal Akan
Tenang
Allah berfirman:
“Barangsiapa yang beramal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang
baik.”
(QS. An-Nahl: 97)
Imam Ibnu Taymiyyah berkata:
"Surga bagiku ada di dalam hatiku. Ke mana pun aku pergi, ia selalu
bersamaku."
7. Yang Lalai Akan Hilang
Arah dan Terang
Allah menyindir manusia yang lalai:
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu
Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.”
(QS. Al-Hasyr: 19)
Imam Hasan Al-Bashri berkata:
"Siapa yang mengenal dunia akan tahu bahwa kesenangannya fana.
Siapa yang mengenal akhirat, akan tahu bahwa hidup itu sebentar."
8. Jangan Tertipu Gemerlap
Dunia
Allah mengingatkan:
“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
(QS. Al-Hadid: 20)
Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin menjelaskan bahwa
dunia memikat karena keindahannya, tetapi sering menjadi sebab kebinasaan
karena melalaikan.
9. Bangun Jiwa, Teguhkan
Iman
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami adalah Allah’
kemudian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata):
Janganlah kamu takut dan janganlah bersedih hati...”
(QS. Fussilat: 30)
Teguh dalam iman berarti konsisten dalam kebaikan walau dalam
kesendirian. Imam Syafi’i berkata:
“Bersabarlah atas pahitnya hidup. Sebab, sabar adalah tamengnya orang
beriman.”
10. Hidup Sejati Ada di
Kehidupan Kemudian
Allah ﷻ
berfirman:
“Sesungguhnya kehidupan akhirat, itulah kehidupan yang sebenarnya,
sekiranya mereka mengetahui.”
(QS. Al-Ankabut: 64)
Rasulullah ﷵ
mengajarkan doa:
“Ya Allah, jangan jadikan dunia sebagai cita-cita terbesar kami dan
puncak ilmu kami.”
(HR. Tirmidzi)
11. Jadikan Hidup untuk
Mencari Ridha Allah
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyat: 56)
Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata:
“Hakikat ibadah adalah mencintai Allah sepenuh hati, tunduk kepada-Nya,
dan terus berusaha mendekat dengan amal shalih.”
“Dan barangsiapa yang menginginkan akhirat serta berusaha ke arah itu
dengan sungguh-sungguh, sedang ia beriman, maka usaha mereka itu akan diterima.”
(QS. Al-Isra’: 19)
Wahai diri, hidup ini bukan sekadar napas yang berhembus, tetapi amanah
dan ujian yang akan dimintai pertanggungjawaban. Bangunlah dari kelalaian,
tinggalkan gemerlap semu, dan jadikan dunia sebagai jembatan menuju ridha
Allah. Setiap detik adalah kesempatan. Gunakan ia untuk hal yang bernilai
kekal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar