Cintai Dirimu Sendiri: Sebuah Ajakan untuk Bangkit dan Menata Hidup
Di dunia ini,
orang yang paling harus kamu sayangi adalah dirimu sendiri. Ya, bukan karena egois, bukan pula karena
narsistik. Tapi karena tidak ada orang lain yang akan sungguh-sungguh peduli
dengan kehidupanmu seutuhnya selain dirimu sendiri. Bahkan saat orang-orang
terdekatmu menyayangimu, pada akhirnya kamulah yang harus menanggung semua
akibat dari keputusan dan kelalaianmu.
Kita sering
kali lebih sibuk menyenangkan orang lain, mencari validasi, atau mengejar
pujian, tapi lupa bahwa kita sedang menyakiti diri sendiri. Melupakan hak tubuh
untuk istirahat, mengabaikan jiwa yang haus akan ketenangan, dan menutup mata
atas fakta bahwa ibadah kita masih penuh celah, amal kita masih jauh dari
cukup, dan hati kita masih jauh dari Allah.
1. Jujur
pada Diri Sendiri: Surga Belum Jelas
Surga itu tidak diwariskan, bukan
juga hadiah gratis tanpa usaha. Ia adalah tempat yang hanya bisa diraih dengan rahmat Allah dan amal saleh yang
sungguh-sungguh. Kita sering merasa tenang hanya karena status kita
sebagai Muslim, padahal belum tentu kita termasuk golongan yang layak masuk
surga.
Ibadah kita? Sering bolong. Niat
kita? Kadang tidak tulus. Shalat kita? Terkadang dikerjakan di ujung waktu,
bahkan dengan terburu-buru. Sementara itu, kita masih punya banyak waktu untuk
scroll media sosial, nonton hiburan yang tak bermanfaat, dan membicarakan aib
orang lain.
Jika kita jujur, kita harus mengakui:
Surga itu belum jelas untuk kita.
Maka, mari kita berhenti menipu diri sendiri. Jangan terlena oleh kenyamanan
dunia, karena dunia ini fana. Hari ini kita tertawa, bisa jadi esok kita berada
di liang lahat.
2. Sayangi
Dirimu, Jangan Biarkan Terjerumus
Menyayangi diri bukan berarti
memanjakan diri dengan malas-malasan atau memuaskan hawa nafsu. Menyayangi diri
artinya menyelamatkan diri dari
kehancuran abadi. Menyayangi diri berarti memaksa diri untuk taat, meski
berat. Menyayangi diri artinya berusaha menunaikan hak-hak ruh, jasad, dan hati
agar tidak rusak.
Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..."
(QS. At-Tahrim: 6)
Perintah ini jelas: jaga dirimu dulu,
sebelum orang lain. Karena ketika seseorang mencintai dirinya dengan benar,
maka dia akan menjaga lisannya, amalnya, pikirannya, waktunya, bahkan setiap
detik hidupnya agar bernilai pahala.
3. Amal
Masih Kurang, Ibadah Masih Lalai
Jangan merasa aman hanya karena
pernah ikut kajian, pernah sedekah besar, atau pernah menangis dalam tahajud.
Amal kebaikan itu harus terus diperjuangkan. Sebab, tidak ada yang menjamin
amal kita diterima.
Ulama salaf sangat takut amalnya
tidak diterima. Mereka lebih takut amalnya tertolak daripada takut akan
sedikitnya amal. Bagaimana dengan kita? Seringkali kita tidak takut sama sekali.
Padahal ibadah kita bolong-bolong, niat sering bercampur, dan hati masih jauh
dari khusyuk.
Pernahkah kita bertanya pada diri
sendiri, “Kalau aku mati hari ini,
siapkah aku bertemu Allah?”
Jika jawabannya belum, maka itulah
tanda bahwa kita harus segera menata ulang hidup kita.
4. Lisan
yang Kotor dan Omongan yang Tak Dijaga
Salah satu hal yang sering kita
remehkan adalah lisan. Padahal,
Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
"Sesungguhnya seseorang
benar-benar mengucapkan satu kata yang dia anggap sepele, namun karena kata itu
dia tergelincir ke neraka sejauh antara timur dan barat."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Berapa banyak dari kita yang dengan
mudah mengumpat, menyindir, bergosip, atau berkata kasar? Lisan kita seringkali
menjadi sumber dosa terbesar kita. Dan parahnya, kita jarang merasa bersalah
atas dosa-dosa dari ucapan ini.
Jika kamu benar-benar menyayangi
dirimu, maka jagalah lisanmu. Karena lisan yang kotor akan menyeretmu kepada
kehinaan, dunia dan akhirat.
5. Menunda
Shalat dan Akrab dengan Rasa Malas
Malas adalah penyakit yang
menggerogoti semangat. Dan yang paling berbahaya dari rasa malas adalah malas ibadah. Shalat ditunda-tunda,
Al-Qur’an jarang disentuh, bahkan untuk sekadar berdoa pun enggan.
Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:
"Amalan yang paling dicintai
oleh Allah adalah yang dikerjakan tepat pada waktunya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Menunda shalat bukan hanya kebiasaan
buruk, tapi bisa menjadi dosa yang berat. Apalagi jika sampai meninggalkannya
dengan sengaja.
Jika kamu betul-betul menyayangi dirimu,
jangan kompromi dengan waktu shalat.
Paksakan dirimu, walau berat. Bangkitlah melawan rasa malas. Karena rasa malas
hari ini bisa berubah menjadi penyesalan selamanya di akhirat.
6. Bangkit
dan Mulai dari Sekarang
Kamu mungkin merasa gagal, banyak dosa,
dan merasa tak layak. Tapi ingat, Allah itu Maha Pengampun. Selama nyawa belum
sampai di tenggorokan, kesempatan itu masih ada.
Bangkitlah!
- Mulai jaga shalatmu.
- Jaga lisanmu dari yang tak bermanfaat.
- Kurangi waktu sia-sia.
- Perbanyak membaca Al-Qur’an.
- Perbaiki akhlak kepada keluarga dan orang-orang
terdekat.
- Jadikan malam sebagai waktu untuk mendekat, walau
hanya dengan dua rakaat.
- Gantilah rasa malas dengan semangat bahwa hidupmu
berharga di mata Allah.
7. Cintai
Dirimu Demi Surga
Mencintai diri adalah langkah awal
menuju cinta Allah. Karena orang yang mencintai dirinya dengan benar akan
menjaga dirinya dari murka Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Orang cerdas adalah orang yang
menghisab dirinya dan beramal untuk bekal setelah mati. Dan orang bodoh adalah
orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah."
(HR. Tirmidzi)
Maka mari berhenti menjadi orang
bodoh yang selalu menunda kebaikan dan terlalu nyaman dengan dosa. Mari menjadi
orang cerdas, yang mencintai diri dengan menuntunnya ke jalan taat.
Jangan
Sia-siakan Dirimu
Jika hari ini kamu bisa membaca ini,
itu tanda Allah masih sayang. Jangan abaikan sinyal ini. Jangan biarkan dirimu
larut dalam kelalaian dan kemalasan.
Sayangi
dirimu.
Karena tubuhmu akan jadi saksi.
Karena waktumu akan ditanya.
Karena hatimu harus kembali kepada Penciptanya.
Bangkitlah
hari ini, meski hanya dengan satu langkah kecil. Karena langkah kecil itu akan
menyelamatkanmu dari kebinasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar