Porsi Hidup Setiap Manusia Berbeda: Hikmah, Ujian, dan Jalan Menuju Ridha
Setiap manusia memiliki
jalannya masing-masing. Ada yang terlihat mudah, ada yang tampak sulit, ada
yang penuh kebahagiaan, ada pula yang dipenuhi air mata. Namun, sesungguhnya
tidak ada jalan yang benar-benar sama. Allah ﷻ menciptakan kehidupan dengan takaran
yang adil, di mana setiap manusia dipikul sesuai dengan pundaknya sendiri.
1. Porsi
Kehidupan Itu Berbeda
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering
melihat orang lain seolah lebih beruntung: rezekinya lancar, keluarganya
harmonis, kariernya cemerlang. Namun, di balik itu semua, ia mungkin sedang
berjuang dengan ujian yang tidak tampak oleh mata. Sebaliknya, ada pula yang
terlihat menderita, tetapi sebenarnya hatinya dipenuhi ketenangan karena
kedekatan dengan Allah.
Al-Qur’an menegaskan:
نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia.” (QS. Az-Zukhruf: 32)
Ayat ini mengajarkan bahwa segala bentuk
pembagian—baik rezeki, kesedihan, maupun cobaan—semuanya sudah diatur oleh
Allah sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Tidak ada yang tertukar.
2. Ujian
Tidak Ada yang Berat atau Ringan, Semua Sesuai Kemampuan
Sering kita mendengar keluhan: “Mengapa
hidupku terasa lebih berat daripada orang lain?” Padahal, Allah telah menegaskan:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا
وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
(QS. Al-Baqarah: 286)
Artinya, ujian yang datang tidak pernah salah
alamat. Berat bagi kita, karena itu memang sesuai kapasitas kita. Jika terasa
menyesakkan, itu justru tanda bahwa Allah sedang mengangkat derajat kita, bukan
menjatuhkan.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
"Ujian yang Allah berikan adalah obat, sementara hati dan jiwa manusia
adalah tempat yang diobati. Maka, jangan mengira bahwa obat yang pahit itu
buruk. Justru di dalamnya ada kesembuhan."
3.
Perbedaan Porsi: Rahmat dan Kehikmahan
Allah memberi setiap orang porsi berbeda
agar manusia belajar:
- Bersyukur
ketika diberi nikmat.
- Bersabar
ketika diuji.
- Tidak sombong ketika di atas.
- Tidak putus asa ketika di bawah.
Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah ﷺ
bersabda:
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, karena seluruh urusannya
adalah baik. Jika ia diberi nikmat, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia
ditimpa musibah, ia bersabar, dan itu baik baginya."
Hadis ini menunjukkan bahwa porsi
hidup—apapun bentuknya—selalu mengandung kebaikan, selama kita menyikapinya
dengan iman.
4.
Perspektif Psikologi Muslim
Dari sisi psikologi, manusia memang
diciptakan dengan daya tahan yang berbeda-beda. Ada yang tabah dalam
kemiskinan, tapi rapuh dalam urusan hati. Ada pula yang tegar menghadapi
penyakit, tetapi goyah ketika kehilangan pekerjaan.
Konsep coping mechanism (mekanisme
bertahan) dalam psikologi modern sejalan dengan ajaran Islam tentang sabar
dan tawakkal. Seorang muslim yang menyandarkan diri kepada Allah akan lebih
kuat menghadapi tekanan hidup, sebab ia yakin bahwa setiap peristiwa adalah
bagian dari rencana Ilahi.
Psikologi muslim juga mengajarkan bahwa manusia
tidak boleh membandingkan “beban hidup” secara mentah, karena apa yang tampak
kecil di mata kita bisa sangat berat bagi orang lain, begitu pula sebaliknya.
5. Jalan
Menuju Ridha
Agar kita tidak terjebak dalam rasa iri,
putus asa, atau mengeluh berlebihan, ada beberapa sikap yang bisa kita
tanamkan:
1.
Menyadari bahwa hidup ini
ujian
Allah ﷻ berfirman:
“Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya
kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS.
Al-Anbiya: 35)
2.
Berhenti membandingkan
hidup dengan orang lain
Imam Hasan Al-Bashri berkata: “Janganlah engkau iri kepada orang yang diberi
dunia, karena kenikmatan itu bisa jadi adalah jalan baginya menuju kebinasaan.”
3.
Melatih syukur dan sabar
dalam keseharian
Syukur menjaga nikmat agar tetap bertambah, sabar menjaga hati agar tetap
tenang.
4.
Membangun makna di balik
ujian
Dalam psikologi, orang yang menemukan makna dalam penderitaan akan lebih
tangguh. Dalam Islam, makna tertinggi adalah mendekatkan diri kepada Allah.
Penutup
Hidup ini bukan tentang siapa yang paling
ringan bebannya atau siapa yang paling banyak nikmatnya, melainkan siapa yang
paling benar menyikapi porsinya. Karena setiap langkah kita, setiap air
mata, setiap tawa, semua tercatat dan akan kembali kepada Allah.
Maka, jangan pernah merasa hidupmu lebih
berat dari orang lain. Jangan pula meremehkan beban orang lain yang terlihat
kecil. Setiap pundak punya ukurannya masing-masing.
Bersyukurlah atas nikmat, bersabarlah atas
ujian, dan yakinlah bahwa semua porsi kehidupan adalah jalan menuju ridha
Allah.