Dalam perjalanan hidup yang penuh dinamika, tak jarang kita dihinggapi rasa gelisah. Kekhawatiran akan masa depan, penyesalan atas masa lalu, atau ketidakpuasan dengan masa kini, semua bisa menjadi sumber keresahan yang menggerogoti kebahagiaan. Namun, Islam mengajarkan dua kunci ampuh untuk mengikis kegelisahan dan membuka pintu kebahagiaan sejati: sabar dan syukur.
Dua kata sederhana ini
memiliki kekuatan yang luar biasa dalam menenangkan jiwa dan melapangkan hati.
Bagaimana keduanya bekerja sama untuk membawa kita menuju kebahagiaan? Mari
kita telaah lebih dalam.
Sabar: Menahan Diri dalam Ujian Kehidupan
Sabar bukanlah sekadar
pasrah tanpa daya. Dalam Islam, sabar
adalah kekuatan jiwa untuk menahan diri dari keluh kesah, amarah, dan tindakan
yang tidak terpuji saat menghadapi ujian atau cobaan. Allah SWT
berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 153:
"يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ"
"(Wahaiorang−orangyangberiman!Mohonlahpertolongan(kepadaAllah)dengansabardansalat.Sungguh,Allahbesertaorang−orangyangsabar."
Ayat ini jelas menunjukkan
bahwa sabar adalah sarana untuk memohon
pertolongan Allah. Ketika kita bersabar, kita mengakui bahwa segala
sesuatu datang dari-Nya dan kita menyerahkan urusan kita kepada-Nya. Sabar
melatih kita untuk memiliki ketahanan
mental dan spiritual dalam menghadapi tantangan hidup.
Imam
Al-Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin menjelaskan
berbagai tingkatan sabar, mulai dari sabar dalam menjalankan perintah Allah,
sabar dalam menjauhi larangan-Nya, hingga sabar dalam menghadapi musibah.
Beliau menekankan bahwa sabar yang hakiki adalah sabar yang disertai dengan ridha atas ketentuan Allah.
Syukur: Melihat Berkah di Setiap Detik
Jika sabar adalah benteng
yang melindungi kita dari keputusasaan saat ujian datang, maka syukur adalah cahaya yang menerangi hari-hari
kita dengan kebahagiaan atas nikmat yang telah diberikan. Syukur bukan
hanya mengucapkan "Alhamdulillah", tetapi juga mengakui, menghargai, dan menggunakan nikmat
Allah sesuai dengan kehendak-Nya.
Allah SWT berfirman dalam
Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 7:
"وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ"
"(Dan(ingatlah)ketikaTuhanmumemaklumkan,“Sesungguhnyajikakamubersyukur,niscayaAkuakanmenambah(nikmat)kepadamu,tetapijikakamumengingkari(nikmat−Ku),makapastiazab−Kusangatberat.”"
Ayat ini adalah janji Allah
yang pasti. Dengan bersyukur, nikmat
yang sedikit akan terasa cukup, dan nikmat yang banyak akan mendatangkan
keberkahan yang berlipat ganda. Syukur mengubah fokus kita dari apa yang
kurang menjadi apa yang sudah kita miliki.
Ibnul
Qayyim Al-Jauziyyah dalam Madarij
As-Salikin mengupas tuntas tentang hakikat syukur. Beliau menjelaskan bahwa
syukur terdiri dari syukur dengan hati
(mengakui nikmat), syukur dengan lisan (memuji Allah), dan syukur dengan
perbuatan (menggunakan nikmat sesuai ridha Allah). Ketidakmauan untuk
bersyukur adalah pangkal dari kegelisahan dan ketidakpuasan.
Sabar dan Syukur: Dua Sisi Mata Uang
Kebahagiaan
Sabar dan syukur bukanlah
dua hal yang terpisah, melainkan dua sisi mata uang yang saling melengkapi
dalam meraih kebahagiaan. Sabar
membantu kita melewati masa sulit tanpa kehilangan harapan, sementara syukur
mengingatkan kita akan banyaknya kebaikan yang masih kita nikmati di tengah
kesulitan sekalipun.
Syekh
Aidh Al-Qarni dalam La Tahzan seringkali memberikan
contoh bagaimana menghadapi musibah dengan sabar dan tetap bersyukur atas
nikmat-nikmat lain yang masih Allah berikan. Beliau mengajak untuk melihat
setiap kejadian dengan kacamata hikmah dan meyakini bahwa di balik setiap
kesulitan pasti ada kemudahan.
Mengaplikasikan Sabar dan Syukur dalam
Kehidupan Sehari-hari
Lalu, bagaimana cara kita
mengaplikasikan sabar dan syukur dalam kehidupan sehari-hari untuk mengikis
kegelisahan?
- Saat Menghadapi Kesulitan:
Ingatlah bahwa ini adalah ujian yang akan menguatkan kita. Bersabarlah
dalam menghadapinya, tetap berusaha mencari solusi, dan yakinlah bahwa
pertolongan Allah akan datang.
- Saat Menerima Nikmat:
Ucapkan syukur dengan lisan, rasakan dengan hati, dan gunakan nikmat tersebut
untuk kebaikan. Jangan sampai nikmat membuat kita lalai dan kufur.
- Biasakan Berpikir Positif:
Fokus pada hal-hal baik yang ada dalam hidup kita, sekecil apapun itu.
Hindari membandingkan diri dengan orang lain yang bisa menimbulkan rasa
iri dan tidak puas.
- Perbanyak Introspeksi Diri:
Renungkan perjalanan hidup kita. Lihatlah berapa banyak nikmat yang telah
Allah berikan dan di mana saja kita perlu lebih bersabar dalam menghadapi
ujian.
- Bergaul dengan Orang-orang yang Shalih: Lingkungan yang positif akan membantu kita
untuk selalu mengingat Allah dan menumbuhkan sifat sabar dan syukur.
Kesimpulan
Kegelisahan adalah bagian
dari kehidupan, namun ia bukanlah sesuatu yang harus kita biarkan merajalela.
Dengan mengamalkan sabar dan syukur
dalam setiap aspek kehidupan, kita akan menemukan jalan menuju bahagia yang hakiki.
Keduanya adalah kunci untuk membuka pintu ketenangan hati dan merasakan
manisnya iman. Marilah kita latih diri untuk senantiasa bersabar dalam ujian
dan bersyukur atas setiap nikmat, agar hati kita senantiasa dipenuhi dengan
kedamaian dan kebahagiaan yang diridhai Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar